Test Footer

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 23 Desember 2015

pengaruh kesiapan guru/pendidikan/motivasi/belajar/siswa

BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Pengertian Kesiapan Guru
Kesiapan berarti suatu titik kematangan untuk menerima atau mempraktekkan tingkah laku tertentu, dalam kamus bahasa Indonesia kesiapan berarti sudah sedia, sudah disediakan (tinggal memakai atau menggunakan saja), dapat pula diartikan tindakan nyata dari guru untuk  melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kesiapan mengajar adalah suatu titik kematangan atau keadaan yang diperlukan untuk melakukan sesuatu kegiatan mengorganisasi lingkungan dengan baik yang menetapkan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa agar dapat belajar dan kegiatan tersebut terikat oleh suatu tujuan tertentu.
            Pada  hakikatnya bila suatu pekerjaan atau kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan itu akan lebih terarah dan lebih baik hasil yang akan kita capai. Oleh sebab itu seorang guru Pendidikan Agama harus memiliki kemampuan dalam merencanakan persiapan dalam pengajaran, seorang guru Pendidikan Agama sebelum mengajar hendaknya terlebih dahulu merencanakan program persiapan pengajaran yang hendak diberikan.[9]
            Pengajaran bukanlah sesuatu terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru dalam merencanakan dan mempersiapkan pengajaran itu sendiri, karena dengan adanya kemampuan guru Pendidikan Agama dalam menyiapkankan pembelajaran  sehingga terjadilah suatu proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif dan efisien.
            Menurut Muhammad Uzer Usman. Proses belajar mengajar adalah “suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik ( feetback) yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.[10]
            Maka dengan adanya proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa dalam konteks pendidikan, maka guru Pendidikan Agama Islam harus melakukan sesuatu kegiatan yang dimulai dari perencanaan, atau merencanakan persiapan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi.
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam melakasanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian evaluasi. Pada tahap berikutnya adalah tindakan atau praktik mengajar.[11]
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan persiapan mengajar. Pertama adalah tahap mengajar (merencanakan rencana belajar), kedua adalah menggunakan atau pendekatan mengajar (alat peraga) dan tahap ketiga prinsip mengajar (persiapan mental). Mempersiapkan diri sebelum mengajar menurut tiga aspek tersebut akan membuat pengajar siap serta penuh percaya diri untuk memasuki ruangan kelas, karena pengajar tersebut telah mengetahui cara yang akan digunakan untuk menjelaskan bahan pelajaran.

B.       Kesiapan  Belajar Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam.
            Mengajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seorang guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam, guna mempersiapkan anak didik dalam mencapai kesuksesannya untuk masa yang akan datang. Begitu juga dengan belajar mengajar, setiap guru harus memiliki kesiapan sebelum ia melakukan pengajaran, agar nantinya akan memperoleh hasil yang baik.[12]
            Maka di zaman modern ini guru merupakan tulang punggung, berhasil tidaknya atau maju mundurnya suatu ilmu pendidikan, sehingga dalam hal ini guru dituntut untuk membekali dirinya dengan berbagai macam disiplin ilmu.
            Apalagi seorang Guru Pendidikan Agama, sangat dituntut sekali dalam hal kesiapan  proses belajar mengajar khususnya, dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Agar nanti kiranya peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, dengan adanya pendidikan agama maka dapat dijadikan filter atau penyaring masuknya kebudayaan-kebudayaan luar yang tak sesuai dengan ajaran agama.
            Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh Guru Pendidikan Agama dalam pengajaran adalah  sebagai berikut:
1.        Melakukan pengembangan program, yang mana pengembangan program disini mencakup:
a.    Program Tahunan
b.    Program Semester
c.    Program Modul
d.   Program Mingguan dan Harian
e.    Program Pengayaan atau Remedial
f.     Program bimbingan dan konseling[13].
2.         Pelaksanaan Pembelajaran.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dan lingkungannya,  sehingga  terjadi  perubahan  kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor interen, yaitu faktor yang datang dari dalam individu itu sendiri. Faktor eksteren adalah faktor yang datang dari luar individu seperti lingkungan tempat ia tinggal dan bersosialisasi.                                                                          
            Maka disini tugas yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik kearah yang lebih baik, yang dalam hal ini peran Guru Agama sangat penting dalam memperdayakan peseta didik agar terciptanya pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efesien.
            Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu:
a.       Pre tes.
b.      Proses.
c.       Post tes[14].
2.      Evaluasi hasil belajar
Evaluasi adalah seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.[15] Jadi evaluasi hasil belajar adalah seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari hasil belajar peserta didik setelah ia melakukan kegiatan proses belajar mengajar, yang mana tujuannya untuk mengukur sejauh mana tujuan-tujuan tersebut telah dikuasai oleh peserta didik. Hasilnya merupakan dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya.
 Yang mana hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Hasyr ayat 18, yang berbunyi:
...ولتنظر نفس ما قدمت لغد...
Artinya: ...“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan (mengevaluasi) apa yang telah diperbuat untuk hari esok,... (Al-Hasyr: 18)[16].
            Dari Firman Allah diatas, jelaslah bahwa evaluasi merupakan penilaian akhir dari tiap-tiap diri manusia untuk melihat arah kedepan apa yang dilakukan hari ini untuk dapat diperbuat hari esok.
            Dalam hal ini evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Penilaian Kelas
2.      Tes kemampuan dasar.
3.      Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi.
4.      Benchmarking
5.      Penilaian program[17]
Maka dengan adanya sistematika maka diharapkan hasil belajar mengajar yang akan lebih baik bagi siswa dalam berprestasi juga dapat dijadikan alat bagi guru untuk mengoreksi berhasil tidaknya rencana persiapan pembelajaran yang dibuat oleh guru bidang study tersebut.

C.  Tujuan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mempersiapkan Belajar Mengajar.
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait dalam mencapai tujuan, yang mana tujuan ini mengarah kepada yang ingin kita capai dalam tiap-tiap komponen pendidikan.
Agar tercapainya tujuan-tujuan yang di inginkan dalam proses belajar mengajar, maka pada setiap komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar komponen itu terjadi kerjasama. Dalam hal ini guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja, misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Tujuan pembelajaran atau belajar mengajar adalah rumusan tujuan yang memberi makna kepada perencanaan, kegiatan belajar mengajar yang masih bersifat umum dan merupakan acuan untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus[18].
Tujuan pembelajaran khusus dapat tercapai setelah siswa selesai membahas pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang mana ketercapaian tujuan pendidikan agama Islam ini dapat diukur dari indikator sebagai berikut:
-    Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam dan mengamalkannya.
-    Siswa memiliki kebenaran ajaran Islam dan dapat mengakui agamanya dan menghormati orang lain.
-    Siswa memiliki sifat kepribadian muslim (berakhlakul karimah).
-    Siswa mampu membaca dan menulis Al-Qur'an dan berusaha memahminya.
-    Siswa rajin belajar, giat bekerja dan gemar berbuat baik.
-    Siswa mampu mensyukuri nikmat Allah SWT[19].
Selain ketercapaian diukur dari indikator, seorang siswa harus memiliki kemampuan dasar pendidikan agama Islam yang juga merupakan  tujuan-tujuan dari Pendidikan Agama Islam melalui praktek-praktek yang dilakukan, seperti :
-     Siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib.
-     Siswa mampu membaca Al-Qur'an dengan baik dan tertib.
-     Siswa membiasakan kepribadian muslim.
Tujuan lain dari belajar mengajar, apakah siswa ketahui atau kerjakan, apa yang harus siswa lakukan, dalam hal ini tujuan dikatagorikan menjadi tiga, yaitu:
a.    Tujuan kognitif, yaitu apabila kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan, informasi, pemikiran, dan lain-lain, tujuan yang sifatnya menambah pengetahuan termaksud tujuan kognitif yang meliputi: 
-     Penambahan pengetahuan (knowledge) termaksud didalamnya kemampuan untuk menghafal, meniru, mengucapkan, mengungkapkan kembali dan sebagainya.
-     Penerapan (Aplication), yaitu kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan teori, prinsip, peraturan, atau informasi, kedalam situasi yang baru.
-     Analisis (analize), misalnya menganalisis suatu masalah yang komplek dengan membaginya menjadi beberapa bagian kecil untuk ditelaah satu persatu. (kasus).
-     Sintesis (synthese); yaitu menggabungkan beberapa bagian (hal) kedalam sutu wadah / bentuk baru.
-     Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menentukan kriteria-kriteria[20].
Pada umumnya sekolah mengajarkan sebahagian besar tujuan kognitif ini,
b.    Tujuan Psikomotorik yaitu tujuan yang berhubungan dengan ketrampilan atau keaktifan fisik (Motor Skill).
c.    Tujuan Afektif.
Tujuan ini meliputi :
-     Penentuan sikap.
-     Apresiasi
Apabila seorang Guru Pendidikan Agama Islam menginginkan pencapaian tujuan kualitas pembelajaran yang lebih baik, bukan saja dapat dilihat dari aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik saja, tetapi seorang Guru Pendidikan Agama Islam juga harus memperhatikan peserta didik untuk dapat memiliki kepercayaan diri dan juga memiliki kecerdasan emosional yang stabil. Sehingga dengan adanya kecerdasan emosional yang stabil dapat menjadikan peserta didik memiliki sifat jujur, disiplin dan tulus pada diri sendiri, memiliki tanggung jawab, ulet, dapat memanfaatkan ruang dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan semua ini juga memelukan lingkungan yang kondusif dan menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis, sehingga tujuan dari pembelajaran, dapat tercapai dengan baik pula.
                                  

D.  Defenisi dan Bentuk-bentuk Motivasi
Motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu[21]. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan anergi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
a.           Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b.          Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c.           Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnta perlu diberikan motivasi.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.[22]
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor spikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ibaratnya seseorang itu menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang di ceramahkan,maka tidak akan mencamkan, apalagi mencatat isi ceramah tersebut.seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang siswa yang memiliki inteligensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi.
-       Macam-Macam Motivasi
              Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya[23].
1. Motif-motif bawaan
            Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.
2. Motif-motif yang dipelajari
            Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengatahuan. Motif ini disebut juga motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Dimana sebagai makhluk sosial manusia saling berhubungan, kerja sama di dalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.
              Di samping itu, masih ada jenis-jenis motif berikut ini:
a). Cognitive motives.
              Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengemmbangan intelektual.
b). Self-expression
              Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekadar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terhadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk itu memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
c). Self-enhancement
              Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.
2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a.   Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan di atas.
b.   Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
c.   Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
              Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi ini menjadi dua jenis yakni motivasi jasmani seperti: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
              Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat alasan.
      a. Momen timbulnya alasan
              Sebagai contoh seorang pemuda yang sedang giat berlatih olah raga untuk menghadapi suatu porseni di sekolahnya, tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu mau kembali ke Jakarta. Si pemuda iu kemudian mengantarkan tamu tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi timbul alasan baru untuk melakukan sesuatu kegiatan (kegiatan mengantar). Alasan baru itu bisa karena untuk menghormmat tamu atau mungkin keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya.
      b. Momen pilih
              Momen pilih, maksudnya dalam keadaan pada waktu ada alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang menimbang-nimbang dari berbagai alternatif untuk kemudian menentukan pilihan altenatif yang akan dikerjakan.
      c. Momen putusan
              Dalam persaingan antar berbagai alasan, sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihnya satu alternatif. Satu alternatif yang dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.
      d. Momen terbentuknya kemauan.
              Kalau seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan , timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak, melaksanakan putusan itu.
4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
      a. Motivasi intrinsik
              Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongam untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
              Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.[24]
              Dalam hal ini siswa yang memilki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin di capai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
      b. Motivasi ekstrinsik
              Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetaoi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu, oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Akan tetapi bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
              Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
            Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.
            Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.[25]




1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
              Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dilakukan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang di ajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2. Hadiah
              Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, memungkinkan tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contok hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.


3. Saingan atau kompetensi
              Saingan atau kompetensi dapat dilakukan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi justru sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4. Ego-involvement
              Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5. Memberi ulangan
              Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi jangan juga terlalu sering, misalnya sampai setiap hari, karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6. Mengetahui hasil.
              Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian
              Apabila siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk penguatan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukuman
              Hukuman sebagai penguatan yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar
              Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10. Minat
              Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan  alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
  1. membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
  2. menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
  3. memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
  4. menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui
              Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
            Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi  itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu bentuk motivasi siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.

E.       Pengaruh Kesiapan Guru Agama dalam Proses Belajar Mengajar
Kesiapan  yang dilakukan oleh Guru Pendidkan Agama Islam dalam proses belajar mengajar, seperti membuat program pengajaran, pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar, yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam sehingga dapat meningkatakan kualitas pembelajaran yang lebih baik.
Adanya aktivitas dan kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam menyiapkan pelajaran, maka dapat meningkatkan mental guru dalam berhadapan dengan peserta didik. Sehingga guru Pendidikan Agama Islam lebih percaya diri dalam mengahapi siswa dikelas, berhasil tidaknya proses belajar mengajar disekolah dan betapapun bagusnya kurikulum, namun itu semua bergantung pada kinerja guru dalam mengembangkan dan menyusun program pembelajaran.[26]
Jika penyusunan program pembelajaran dilakukan dengan metode dan strategi yang sistematis dan terarah, sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar, dan juga dengan adanya dukungan dari orang tua, lingkungan yang kondusif dan sarana prasarana yang memadai sehingga memungkinkan proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
Pengaruh lain dari kesiapan guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar megajar adalah sebagai berikut :[27]
-            Guru Pendidikan Agama Islam akan lebih menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan dan mampu menghubungkan antara materi yang satu dengan yang lain dengan baik.
-            Guru Pendidikan Agama Islam akan menyukai pelajaran yang akan diajarkan pada peserta didik dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi.
-            Dengan adanya kesiapan  yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan juga strategi yang digunakan sehingga guru Pendidikan Agama Islam dapat memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasi belajar siswa.
-            Dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar, sehingga guru Pendidkan Agama Islam dapat mengelola kelas dengan baik, sehingga terjadinya proses belajar mengajar yang efesien.
-            Mampu mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti.
-            Dengan adanya proses pembelajaran yang selalu dipersiapkan memudahkan guru pendidikan agama islam dalam mentrasferkan ilmunya pada peserta didik.
Adanya pengaruh guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya dapat mengembangkan aktivitas dan kretivitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dalam pengalaman belajar. Pada dasarnya pembelajaran yang efektif dan efesien dapat mempengaruhi peserta didik lebih percaya diri tidak ada perasaan takut dalam mengemukakan pendapat diberikan kebebasan pada anak untuk bertanya dan adanya pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter dan melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Pengaruh lain dari persiapan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar yaitu dapat meningkatkan minat belajar siswa dikelas, sehingga antara siswa yang satu dengan yang lain dapat bersaing untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Dalam hal ini tugas seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka di harapkan siswa belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar disekolah di temukan hal-hal sebagai berikut.[28]
a.       Guru telah mengajar dengan baik
b.      Ada siswa belajar giat
c.       Ada siswa pura pura belajar
d.      Ada siswa belajar setengah hati
e.       Ada siswa yang benar-benar tidak belajar




[9] Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta; Rineka Cipta, 2006) cet.3, hal 5
[10] B Suryugroto, Proses Belajar Mengajar Disekolah ,  (Jakarta: Rineka Cipata 2000). hal. 19.     
[11] Syaiful Bahri Djamarah,  Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta, Rineka Cipta, Cet.2 2005), hal 73
[12] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung; Rosdakarya, 2009), cet 23, hal 21
[13] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetemsi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003). hal. 95 – 100.
[14]Ibid, hal. 100 – 102.
[15]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hal. 197.  
[16]Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahan..., hal. 125.
[17] EMulyasa, Kurikulum Berbasisi kompetensi, ..., hal. 103 – 105.
[18]Mansyur, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997). hal. 69.
[19]Ibid, hal. 71.
[20] Hariyanto, Perencanaan Pengajaran, (Solo : Rineka Cipta, 2000). hal. 151.                  
[21] Ibid 73
[22] H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta; Persada Pers, 2009), Hal 174
[23] Sardiman...103
[24] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung; Rosdakarya, 2009), cet 23, hal 18
[25] Sardiman…92
[26] Syaiful Bahri Djamarah,  Guru dan Anak Didik….75
[27] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta:2006) Hal 98
[28] Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 2005) Cet.2. Hal 258